Friday, December 2, 2011

Spiritualitas seorang Katekis



Spiritualitas Katekis berdasarkan pada iman akan Yesus Kristus dan Roh Kudus. Katekis perlu terbuka terhadap Sabda Tuhan, mempunyai keutuhan dan keaslian hidup, bersemangat missioner dan berdevosi kepada Bunda Maria.

1.      Yesus Kristus
Hidup, tindakan dan karya Yesus Kristus menjadi contoh untuk seorang katekis. Yesus juga bisa disebut sebagai katekis karena telah mengajar orang banyak dan para murid menyebut-Nya sebagai guru. Hendaknya spiritualitas Yesus Kristus menjadi gaya hidup seorang katekis. Pertama seorang katekis sebelum mewartakan kerajaan Allah harus mengenal Yesus secara pribadi dan mendalam, karena pewartaan seorang katekis adalah Yesus itu sendiri. Kedua seorang katekis dalam tugasnya harus mencontoh karekter Yesus dalam mewartakan kerajaan Allah seperti melayani dan mengasihi. Intinya belajar dari hidup Yesus Kristus (Sanjaya, 2011: 21-22).

2.      Hidup dalam Roh Kudus
Yesus  wafat di kayu salib dan bangkit dari kematian bersama dengan Allah di surga mengutus Roh Kudus untuk tinggal dan diam dalam diri para murid.  Para murid melanjutkan tugas perutusan Yesus untuk mewartakan kabar baik dibantu oleh Roh Kudus. Roh Kudus adalah Roh Allah sendiri. Oleh sebab itu,  seorang katekis yang mewartakan kabar baik hendaknya mempunyai kekuatan dari Roh Kudus.
Seorang katekis harus hidup dalam Roh Kudus yang akan membantunya memperkembangkan dan memperbaharui diri secara terus-menerus dalam panggilan dan tugas perutusannya sebagai katekis. Dengan bantuan dari Roh Kudus, seorang katekis akan mengalami suatu motivasi yang baru dan khusus, suatu panggilan kepada kesucian hidup (Komkat KWI, 1997: 22).

3.      Terbuka terhadap Sabda Tuhan
Keterbukaan terhadap Sabda Tuhan berarti terbuka terhadap Tuhan, Gereja dan dunia. Terbuka terhadap Tuhan berarti seorang katekis membuka hati, menerima sabda Tuhan dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Spiritualitas katekis berakar dari Sabda Tuhan dengan suatu dimensi Tritunggal; Bapa, Putra dan Roh Kudus.
Keterbukaan terhadap Gereja berarti mencintai, mengabdi, melayani, mengembangkan bahkan bersedia menderita demi Gereja. Keterbukaan ini terungkap dalam keterikatan dan ketaatan terhadap Paus, pusat persatuan dan persekutuan universal. Sedangkan keterbukaan terhadap dunia adalah peka terhadap kebutuhan dunia, terlibat dalam kehidupan masyarakat, terbuka terhadap perkembangan jaman, teknologi dan komunikasi (Komkat KWI, 1997: 23-25).

4.      Keutuhan dan Keaslian Hidup
Seorang katekis sebelum mewartakan sabda harus menjadikan dan menghayati sabda itu sebagai miliknya. Apa yang diajarkan oleh katekis bukan semata-mata ilmu atau teori belaka melainkan iman yang dihidupinya dan dipraktekkan secara nyata dalam hidup sehari-hari. Oleh karena itu, dibutuhkan keutuhan dan keaslian hidup. Seorang katekis hidup dalam doa, peka terhadap pengalaman akan Tuhan, setia terhadap tindakan Roh kudus dan  keteraturan antara batin-lahir (Komkat KWI, 1997: 26).

5.      Semangat Missioner
Seorang katekis dalam tugas perutusan-Nya mewartakan kerajaan Allah dan Injil (Mrk 16:15) serta membimbing dan menuntun sesamanya agar mengenal Injil tersebut. Seorang katekis harus mempunyai semangat kerasulan yang tinggi berani dan semangat mewartakan Injil walaupun resikonya ditolak dan tidak didengarkan. Walaupun demikian seorang katekis mempunyai keyakinan bahwa Kristus yang diwartakan selalu menyertainya. Seperti yang tertulis dalam Kitab Suci pekerja sedikit dan tuaian banyak, katekis menjalankan tugas Allahlah yang bertanggungjawab atas hasil yang dijalankan pekerja-Nya (Komkat KWI, 1997: 27-28).

6.      Bunda Maria
Bunda Maria adalah teladan iman. Sikap menyerah pada penyelenggaraan Ilahi menuntunnya pada misteri penyelamatan. Seperti yang terdapat dalam Lukas 1 : 38 "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Sikap seperti Maria itulah  yang hendaknya merasuki semangat kerasulan seorang katekis, yakni membiarkan karya Allah terlaksana melalui dan dalam diri mereka.
Spiritualitas katekis yang terlibat dalam tugas kerasulan akan diperkaya bila berdevosi kepada Bunda Maria. Bunda Maria adalah seorang yang hidupnya suci, tulus, sederhana dan pasrah kepada Allah. Bunda Maria adalah ibu dari Yesus Kristus yang diwartakan oleh seorang katekis. Dalam perjalanan di kayu salib Bunda Maria setia menemani Yesus, Bunda Maria pula yang menguatkan Yesus (Komkat KWI, 1997: 29).